Light Pink Pointer

Sabtu, 06 Mei 2017

Latihan 3 Softskill (BEP dan Contoh Kasus)

Nama : Rafika Paramita Riztanto
NPM : 48214747
Kelas : 3DA02
Latihan 3 Softskill (BEP dan Contoh Kasus)


BREAK EVEN POINT DAN CONTOH KASUS

1. PENGERTIAN ANALISIS BREAK EVEN POINT

Analisis BEP mempunyai hubungan yang sangat erat dengan program budget, walaupun analisa BEP dapat diterapkan dengan data historis, tetapi akan sangat berguna bagi manajemen jika diterapkan pada taksiran periode yang akan datang. Penggunaan budget ini akan lebih bermanfaat bagi manajemen apabila disertai dengan teknik-teknik perencanaan atau analisa seperti analisa BEP karena untuk mengetahui besarnya BEP perlu diadakan analisa terhadap hubungan antara biaya, volume, harga jual dan laba.

BEP dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (Penghasilan = Total Biaya). Tetapi analisa BEP tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang BEP saja, akan tetapi analisa BEP mampu memberikan informasi kepada pinjaman perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

2. PENENTUAN TINGKAT BEP

Untuk dapat menentukan tingkat BEP, maka biaya yang terjadi harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Dalam  memisahkannya bukanlah hal yang mudah, jenis biaya semi variabel atau semi tetap dalam analisa BEP perlu dipisahkan lebih dahulu menjadi biaya variabel dan biaya tetap dengan menggunakan metode tertentu.

Tingkat BEP ditentukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan matematis dan pendekatan grafis. Secara matematis, tingkat BEP dapat ditentukan dengan berbagai rumus. Secara grafis, untuk menggambarkan tingkat volume dan labanya diperlukan grafik atau bagan BEP. Untuk menentukan jumlah penjualan minimal yang harus dicapai agar perusahaan mencapai BEP ditentukan dengan rumus sebagai berikut :BEP (dalam satuan) = Biaya tetap dibagi margin per satuan barang

Marginal income ratio adalah ratio antara marginal income dengan hasil penjualannya, sedangkan marginal income adalah selisih antara hasil penjualan dengan biaya variabel. Untuk menentukan jumlah satuan barang yang harus dijual agar perusahaan mencapai BEP, dapat pula ditentukan dengan membagi hasil penjualan pada tingkat BEP dengan harga jual per satuan barang tersebut.

 3. KOMPONEN PENGHITUNGAN DASAR BREAK EVEN POINT

Break Even Point memerlukan komponen penghitungan dasar seperti berikut ini:

  1. Fixed Cost. Komponen ini merupakan biaya yang tetap atau konstan jika adanya tindakan produksi atau meskipun perusahaan tidak berproduksi. Contoh biaya ini yaitu biaya tenaga kerja, biaya penyusutan mesin, dll.
  2. Variabel Cost. Komponen ini merupakan biaya per unit yang sifatnya dinamis tergantung dari tindakan volume produksinya. Jika produksi yang direncanakan meningkat, berarti variabel cost pasti akan meningkat. Contoh biaya ini yaitu biaya bahan baku, biaya listrik, dll.
  3. Selling Price. Komponen ini adalah harga jual per unit barang atau jasa yang telah diproduksi.

Rumus Break Even Point
Rumus yang digunakan untuk analisis Break Even Point ini terdiri dari dua macam sebagai berikut:

  1. Dasar Unit
    Berapa unit jumlah barang/jasa yang harus dihasilkan untuk mendapat titik impas: BEP = FC /(P-VC)     
  2. Dasar Penjualan
    Berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapat titik impas: FC/ (1 – (VC/P))* Penghitungan (1 – (VC/P)) biasa juga disebut dengan istilah Margin Kontribusi Per Unit   

Simulasi Menghitung BEP
Agar bisa memahaminya, mari kita praktikkan langsung rumus ini dengan simulasi:
Total Biaya Tetap (FC) senilai Rp 100 juta
Total Biaya Variabel (VC) per unit senilai Rp 60 ribu
Harga jual barang per unit senilai Rp 80 ribu

Penghitungan BEP Unit
BEP = FC/ (P – VC)
BEP = 100.000.000/ (80.000 – 60.000)
BEP = 5000

Penghitungan BEP Rupiah
BEP = FC/ (1 – (VC/P))
BEP = 100.000.000/ (1 – (60.000/80.000))
BEP = Rp 400.000.000

Dari analisis inilah perusahaan dapat meramalkan keuntungan yang dapat diperoleh (target laba) berdasarkan berapa penjualan minimumnya. Adapun rumus untuk menghitung target ini sebagai berikut:

BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)

Mari kita pelajari simulasi untuk menghitung target laba ini. Dengan FC, VC, dan P yang sama dengan contoh sebelumnya, perusahaan ini menargetkan laba sebesar Rp 80 juta per bulan.

BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)
BEP – Laba = (100.000.000 + 80.000.000) / (80.000 – 60.000)
BEP – Laba = 180.000.000 / 20.000
BEP – Laba = 9.000 unit atau
BEP – Laba = Rp 720 juta (didapat dari: 9000 unit x Rp 80.000)

4. MEMBUKTIKAN LABA YANG DIPEROLEH

Untuk membuktikan bahwa dengan menjual 9.000 unit bernilai Rp 720.000.000, perusahaan akan mendapatkan laba Rp 80 juta, mari kita periksa berikut ini:
Penjualan Rp 720.000.000
FC Rp 100.000.000
Total VC (Rp 60.000 x 9000 unit) Rp 540.000.000
Total Biaya Rp 640.000.000
Laba Rp 80.000.000 (Dihitung dengan cara: Penjualan – (FC + Total VC))

Dalam berbisnis, tentunya analisis break even point sangat membantu pelaku bisnis untuk memproyeksikan seberapa banyak barang yang harus diproduksi dan perbandingannya dengan uang/ pendapatan yang diterima. BEP ini menjadi komponen terpenting yang wajib ada di dalam suatu software akuntansi dan manajemen bisnis.
Asumsi - asumsi dalam mengadakan BEP :

  1. Harga jual produk harus tetap
  2. Tidak menggunakan lebih dari satu jenis produk, apabila menggunakan lebih dari satu jenis produk maka menggunakan perhitungan analisa BEP tersendiri
  3. Produksi haruslah konstan
  4. Semua biaya besaran produksi dapat diukur secara realistik

4. KEGUNAAN BREAK EVEN POINT 
BEP sangat berguna bagi perusahaan untuk menentukan besaran jumlah produksi yang akan dihasilkan dan nilai harga jual barang tersebut. Dengan menerapkan analisa BEP, perusahaan dapat melihat laba, kerugian, harga jual, produksi, keuntungan, dan lain sebagainya yang telah dapat diprediksi sebelumnya, sehingga mempermudah bagi pemimpin perusahaan untuk menentukan kebijaksanaan. Selain itu, kegunaan lain dari BEP adalah sebagai berikut:

  1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba
  2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan
  3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
  4. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti

Menurut Rony (1990, p. 357) analisis BEP sangat bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan beberapa keputusan operasional yang penting dalam tiga cara berbeda namun tetap berkaitan yaitu:

  1. Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan berapa tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan memperoleh laba.
  2. Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat operasional.
  3. Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran biaya variabel menjadi biaya tetap karena otomisasi mekanisme kerja dengan peralatan yang canggih.

Matz, Usry dan Hammer (1991, p. 224) juga menjelaskan beberapa manfaat analisa BEP untuk manajemen, yaitu :

  1. Membantu pengendalian melalui anggaran.
  2. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan.
  3. Menganalisa dampak perubahan volume.
  4. Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya.
  5. Merundingkan upah.
  6. Manganalisa bauran produk.
  7. Manerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan.
  8. Menganalisa margin of safety.

5. KEGUNAAN ANALISA BEP BAGI MANAJEMEN

1.      Analisa BEP dan Keputusan Penambahan Investasi

Hasil analisa BEP di samping memberikan gambaran tentang hubungan antara biaya, volume dan laba, juga akan dapat membantu atau memberikan informasi maupun pedoman kepada manajement dalam memecahkan masalah-masalah lain yang dihadapinya. Misalnya masalah penambahan atau penggantian fasilitas pabrik atau investasi dalam aktiva tetap lainnya.

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut adalah sebagai berikut :

a.       Memperbandingkan tingkat BEP sebelum adanya tambahan investasi baru dengan sesudah adanya tambahan investasi tersebut;

b.      Menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai perusahaan untuk memperoleh keuntungan tertentu atau minimal sama dengan keadaan sekarang;

c.       Menentukan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai dalam dua keadaan tersebut.

2.      Analisa BEP dan Keputusan Menutup Usaha

Suatu usaha harus dihentikan atau ditutup apabila penghasilan yang diperoleh tidak dapat menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha harus dihentikan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus maupun dengan grafik BEP.

Biaya variabel biasanya merupakan biaya tunai dan biaya tetap sebagian merupakan biaya tunai dan sebagian lagi merupakan sunk cost. Untuk menghitung jumlah satuan barang yang harus dijual agar dapat menutup biaya tunainya (shut down point), yaitu biaya tetap tunai dibagi dengan marginal income per unit.

Bila digunakan grafik, maka suatu usaha harus dihentikan apabila tingkat penjualan berada di titik perpotongan antara garis penjualan dengan garis biaya tunai.

Di samping kedua kegunaan tersebut, analisa BEP dapat pula digunakan untuk membantu memecahkan masalah lain, misalnya : penentuan harga jual terendah yang memungkinkan untuk diterima oleh perusahaan, penentuan produk yang harus ditingkatkan ataupun dikurangi produksinya untuk memperoleh keutungan yang terbesar, menentukan akibat adanya perubahan tingkat harga ataupun product mixture, penentuan profit/keuntungan yang akan diperoleh pada berbagai tingkat volume penjualan dan masalah lain yang dihadapi manajemen perusahaan.

6. ANGGAPAN-ANGGAPAN ANALISA BEP

Pada umumnya konsep atau anggaran dasar yang digunakan dalam analisa BEP, antara lain :

a.       Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel dan prinsip variabilitas biaya dapat diterapkan dengan tepat;

b.      Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh;

c.       Bahwa biaya variabel akan berubah secara proporsional (sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan penjualan;

d.      Bahwa harga jual per satuan barang tidak akan berubah, berapapun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum;

e.       Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual atau jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan.

Asumsi-Asumsi Dasar Analisa BEP menurut Mulyadi (1993, p. 259) :

a.       Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.

b.      Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.

c.       Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan.

d.      Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah.

e.       Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.

f.       Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.

g.      Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah.

h.      Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.

Analisis BEP mempunyai keterbatasan, yaitu:

a.       Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu

b.      Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan

c.       Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu

d.      Sales mix adalah konstan

7. KELEMAHAN BREAK EVEN POINT
Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek. (Soehardi,2004).

1.      Asumsi tentang linearity

Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit, tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.

2.      Klasifikasi biaya

Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik tersebut.

3.      Jangka waktu penggunaan

Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya yang terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun. Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost sudah meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai menurut analisa break even point agar dapat menutup semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.

8. GRAFIK BEP DAN GRAFIK LABA PER SATUAN

Dengan grafik BEP, manajemen akan dapat mengetahui hubungan antara biaya, penjualan (volume penjualan) dan laba. Selain itu, manajemen dapat mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel. Di samping itu, manajemen dapat mengetahui tingkat penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan sudah menimbulkan laba.

Dari grafik laba per satuan maupun dari tabelnya, manajemen akan memperoleh informasi tentang hubungan antara volume penjualan, biaya dan laba per satuan barang; manajemen akan memperoleh informasi tentang besarnya biaya per satuan, rugi maupun laba untuk berbagai tingkat penjualan/produksi tersebut dan besarnya satuan barang yang harus dijual agar perusahaan tidak menderita rugi dan belum memperoleh laba.

Berdasarkan keterbatasan tersebut, BEP akan bergeser atau berubah apabila:

1.      Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.

2.      Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya.

3.      Perubahan dalam sales price per unit. Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.

4.      Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.

5.      Margin Of Safety. Dalam hubungannya dengan analisis BEP yaitu untuk menentukan seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Formulasinya adalah sebagai berikut:

9. MARGIN OF SAFETY

Suatu perusahaan yang mempunyai margin of safety yang besar adalah lebih baik bila dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai margin of safety yang rendah, karena margin of safety menunjukkan indikasi atau memberikan gambaran kepada manajemen berapakah penurunan penjualan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum memperoleh laba.
Prosentase dari Margin of Safety dapat dihubungkan langsung dengan:

  1. Perubahan Biaya Tetap
Perubahan jumlah biaya tetap akan mengakibatkan perubahan jumlah biaya secara keseluruhan pada berbagai tingkat penjualan, dengan perubahan jumlah biaya maka besarnya penjualan pada tingkat BEP akan berubah pula.

  1. Kenaikan Biaya Variabel
Dengan kenaikan biaya variabel, maka jumlah biaya juga akan berubah, begitu pula besarnya penjualan pada tingkat BEP akan berubah.

  1. Kenaikan Harga Jual
Manajement perusahaan dalam usahanya untuk meningkatkan penghasilan (penjualan) yang diharapkan dapat menaikkan keuntungan dapat dilakukan dengan menaikkan harga jual. Tetapi, perlu diadakan penelitian pasar akibat adanya kenaikan harga jual tersebut, sebab dengan adanya kenaikan harga jual dapat mengakibatkan perubahan besarnya BEP.

  1. Perubahan Komposisi Penjualan
Apabila perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu macam barang, maka analisa BEP dapat pula diterapkan untuk seluruh barang yang diproduksi dan dijual oleh perusahaan tersebut. Maka, komposisi (perbandingan) antara barang-barang tersebut harus tetap sama baik dalam komposisi produksinya maupun penjualannya (produk-mix dan sales-mix). BEP dalam keseluruhan atau total tidak berarti bahwa masing-masing produk harus dalam keadaan BEP. Apabila komposisinya berubah maka BEP-nya secara total akan berubah pula


10. CONTOH KASUS BREAK EVEN POINT
PT. Lilianto Ichsan membuat  dan  menjual  dua jenis produk yaitu Kosimil dan Lusimol. Total biaya tetap untuk kedua jenis produk tersebut Rp. 60.000,00. Harga  jual, biaya  variabel, dan laba kontribusi per unit serta rasio masing-masing produk adalah :
                                                Produk Kosimil           Produk Lusimol
Harga Jual                             Rp. 12,00     100%       Rp. 8,00    100%
Biaya Variabel                      Rp.  6,00      50%          Rp. 6,00     75%
Laba Kontribusi                   Rp.  6,00      50%          Rp. 2,00     25%
1. Jika komposisi penjualan produk K dan L dalam unit masing-masing
   1 : 1 atau  dalam  rupiah 3 : 2, hitunglah penjualan  pada titik
   impas dengan teknik :
   a.  Rasio LK rata-rata
   b. LK rata-rata per unit
2. Jika  total penjualan yang direncanakan untuk kedua jenis produk
   tersebut  sebesar 20.000 unit, dan  komposisi penjualan produk K
   dan  L  dalam unit masing-masing 1 : 1 atau  dalam  rupiah 3 : 2,
   hitunglah besarnya laba yang direncanakan
Penyelesaian :
1. Menghitung penjualan pada titik impas dengan komposisi produk K
   dan L dalam unit 1 : 1 atau dalam rupiah 3 : 2.
a.       Teknik CM ratio rata-rata
                                             a + i
   BEP (Rp)     =  -----------------------------
                              Rasio Laba  Kontr. Rata-rata
                                     Rp. 60.000 + 0
                         =  --------------------------    = Rp. 150.000,00
                             (50% X 3) + (25% X 2)
                               --------------------------
                                          3 + 2
 Titik impas tercapai pada penjualan sebesar Rp. 150.000,00. Produk
 K dan produk L dengan komposisi 3 : 2, maka produk K sebesar = 3/5
 (Rp. 150.000) = Rp. 90.000,00  dan  produk  L  sebanyak  Rp. = 2/5
 (Rp. 150.000) = Rp. 60.000,00.

b.      Teknik Laba Kontribusi Rata-rata per unit
                                                 a + i
 BEP (Unit)     =          --------------------------------
                                    Laba  Kontr. Rata-rata per unit
                                          Rp. 60.000 + 0
                                    =  -------------------------------
                                    (Rp. 6,00 X 1) + (Rp. 2,00 X 1)
                                    --------------------------------
                                            1      +          1
                                           Rp. 60.000
                                    = --------------------        =  15.000 unit
                                                  4
 Titik impas tercapai pada penjualan sebanyak 15.000 unit, produk
 K dan produk L  dengan  komposisi 1 : 1, maka  penjualan  produk
 K  =  1/2 (15.000 ) = 7.500 unit, dan  produk L = 1/2 (15.000) =
 7.500 unit.
 Bukti :
                            Produk K               Produk L            Total
                           7.500 unit              7.500 unit         15.000 unit
                                 Jumlah      %      Jumlah       %     Jumlah      %
 Penjualan            Rp. 90.000  100   Rp. 60.000  100  Rp. 150.000  100
 Biaya Variabel       45.000     50       45.000    75       90.000   60
                                  -------------------------------------------------------
 Laba Kontribusi      45.000     50       15.000    25       60.000   40
 Biaya Tetap                                                                      60.000
                                                                                           --------
 Laba Bersih                                                                         0
2. Jika  total  penjualan 20.000 unit  dengan  komposisi penjualan
   produk k dan L masing-masing dalam unit 1 : 1 atau dalam rupiah
   3 : 2, maka besarnya laba adalah :
                 Produk K             Produk L           Total
                10.000 unit         10.000 unit        20.000 unit
                 Jumlah       %     Jumlah       %     Jumlah        %
Penjualan       Rp. 120.000   100  Rp. 80.000    100  Rp. 200.000   100
Biaya Variabel       60.000    50      60.000     75      120.000    60
                                 --------------------------------------------------------
Laba Kontribusi      60.000    50      20.000     25      80.000     40
Biaya Tetap                                                                    60.000
                                                                                       ---------
Laba Bersih                                                                   20.000
Kesimpulan :
Dampak Perubahan Komposisi Penjualan terhadap hubungan CPV Perusahaan  yang  menjual  lebih dari satu macam produk seringkali mempunyai kesempatan untuk  menaikkan laba kontribusi dan menurunkan titik impas dengan cara memperbaiki komposisi penjualan, yaitu menaikkan proporsi penjualan  produk  yang menghasilkan rasio laba kontribusi (contribution margin ratio) yang tinggi.

SUMBER :
http://lilianto-ichsan.blogspot.co.id/2012/04/contoh-kasus-break-even-point.html
http://anakkeciilsangadh.blogspot.co.id/2012/04/analisa-break-even-point-bep_22.html
http://restoe-ibu.blogspot.co.id/2012/01/break-even-point-pengertian-perhitungan.html
http://zahiraccounting.com/id/blog/break-even-point-bep/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar