Light Pink Pointer

Rabu, 27 Januari 2016

AKTIVA TETAP

Aktiva tetap adalah salah satu kekayaan perusahaan yang biasa digunakn untuk memenuhi kebutuhan perusahaan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.
Aktiva tetap dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Aktiva tetap berwujud
Aktiva tetap berwujud adalah suatu aktiva yang dapat dilihat secara fisik dan bisa merupakan peralatan seperti mesin, gedung, tanah, dan lain sebagainya

2. Aktiva tetap tak berwujud
Aktiva tetap tak berwujud adalah suatu aktiva yang tidak bisa dilihat secara fisik , contohnya merk dagang, hak paten, dan lain sebagainya

Masa manfaat merupakan umur ekonomis dari suaatu aktiva untuk berproduksi
Masa manfaat aktiva dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu:
1. Aktiva yang terbatas dan dapat diganti . contohnya: Gedung
2. Aktiva yang terbatas dan tidak dapat diganti, contohnya: Pertambangan
3. Aktiva yang tidak terbatas, contohnya: tanah

Aktiva tetap selalu tak terlepas dengan penyusutan.
penyusutan merupakan penurunan nilai manfaat secara periode tahun akuntansi suatu aktiva tetap 

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusutan:
1. Harga perolehan
harga perolehan ialah semua biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap. 

2. Nilai sisa/nilai residu
Nilai sisa/nilai residu adalah jumlah netto yang diharapkan dapat diperoleh pada akhir masa manfaat suatu aktiva setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan

3. Umur ekonomis
setiap aktiva tetap seperti mesin memiliki umur ekonomis berupa jumlah angka tahun selama mesin tersebut dapat diproduksi. 

METODE PENYUSUTAN
1. Berdasarkan waktu
* Metode garis lurus
rumus:
Harga Perolehan – Nilai Residu
             Umur Ekonomis

contoh :
Nama Rekening
Debit
Kredit
BUILDING
Rp. 450.000.000

EQUIPMENT
Rp. 150.000.000

           
Perusahaan melakukan pembebanan biaya penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan metode garis lurus, dengan Umur Ekonomis sebagai berikut :

Building = 20 tahun
Penyelesaian :
Harga Perolehan – Nilai Residu
                        UE
450.000.000 – 0          = 22.500.000
           20
perbulan= 22.500.000 = 1.875.000
                          12
Jurnalnya :
Building depr. Expense   1.875.000
            Acc. Depreciation of building   1.875.000

*Metode pembebanan menurun
a. saldo menurun ganda
Contoh Soal :
Pada awal bulan Januari 2008 dibeli sebuah aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp.100.000.000,- aktiva tetap ini diperkirakan memiliki umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp.5.000.000,- pada akhir tahun ke lima. Jawab :
Tarif : 2 x (100/5) = 40%
Akhir Tahun
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai
Buku Akhir
2008
100.000.000 x 40% = 40.000.000
40.000.000
60.000.000
2009
60.000.000 x 40% = 24.000.000
64.000.000
36.000.000
2010
36.000.000 x 40% = 14.400.000
78.400.000
21.600.000
2011
21.600.000 x 40% = 8.640.000
87.040.000
12.960.000
2012
95.000.000 – 87.040.000 = 7.960.000
95.000.000
5.000.000
          b.Jumlah angka tahun
            Dalam metode ini, Perhitungannya dilakukan dengan mengalikan suatu seri pecahan ke nilai                perolehan aktiva yang dapat disusutkan
Rumus : 
n(n+1)
     2




Rabu, 20 Januari 2016

Persediaan barang dagang part2

PENILAIAN PERSEDIAAN BARANG SELAIN HARGA POKOK

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, suatu persediaan merupakan kekayaan perusahaan berupa barang dagang yang digunakan untuk diproduksi maupun dijual kembali. namun, ada beberapa perusahaan yang melakukan pengendalian dan penilaian persediaan selain harga pokok.
Harga pokok ialah harga atau nilai yang sesungguhnya tanpa adanya tambahan biaya yang lain.

Berikut adalah metode yang digunakan dalam melakukan penilaian persediaan selain harga pokok:

1. Nilai terendah antara biaya dengan harga pokok
Harga pokok ialah harga atau nilai yang sesungguhnya tanpa adanya tambahan biaya yang lain sedangkan harga pasar ialah harga atau nilai yang dijualkan perusahaan di dalam pasaran agar selisih dari harga tersebut diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.. jika harga pasar suatu persediaan lebih rendah daripada harga pokoknya, alternatif lain dalam menilai persediaan pada harga pokok adalah menggunakan metode mana yang terendah antara harga pokok atau harga pasar. Metode mana yang terendah antara harga pokok atau harga pasar dapat digunakan untuk stiap jenis perusahaan baik perusahaan dagang, maufaktur maupun jasa, kelompok persediaan tertentu, dll

2. Metode laba kotor untuk mengestimasi persediaan
Metode laba kotor digunakan perusahaan untuk menaksir harga pokok persediaan barang dagangan pada akhir suatu periode. hal ini perlu dilakukan untuk mengestimasi persediaan dalam suatu laporan keuangan perusahaan.

3. Metode persediaan eceran
Didalam metode persediaan eceran ,penggunaan metode persediaan eceran biasa untuk menaksir harga pokok persediaan barang dagangan perusahaan pada akhir suatu periode. 

4. Penyajian dan Analisis
Dalam metode ini, semua persediaan barang dagang yang sudah dikeluarkan maupun yang bertambah dicatat dan disajikan dalam bentuk pelaporan keuangan. 

Pembukuan harga pasar dan eceran.
Setiap pengendalian dan perhitungan persediaan, digaruskan adanya pembukuan mengenai transajsi dari persediaan narang dagang perusahaan. Baij mengenai harga pokok penjualan, harga penjualan, maupun biaya biaya yang telah dikeluarkan.
Pada pembukuan di dalamnya terdapat harga pasar dan harga eceran. Apabila ternyata yang lebih rendah adalah harga cost, maka tidak diperlukan sesuatu perubahan apapum juga dalam pembukuan , perusahaan , khusunya dalam perkiraan Inventory. Hal ini dikarenakan dalam perkiraan inventory tersebut memang sudah tercatat harga pembelian dari barang-barang  yang bersangkutan.

Untuk menurunkan nilai yang tercatat dalam perkiraan Inventory tersebut, dikenal dua metode pembukuannya yaitu:
a. Cara pembukuan yang tidak memisakan kerugian akibat penurunan nilai persediaan brang tersebut, ke dalam perkiraan yang terpisah dan berdiri sendiri

b. Cara pembukuan yang memisahkan kerugian akibat penuruanan nilai persediaan brang, ke dalam perkiraan yang terpisah dan berdiri sendiri. dalam metode ini terdapat 2 sistem yang digunakan yaitu:

-Sistem Direct (Langsung)
Pada sistem direct (langsung) sistem  ini mencatat harga yang lebih rendah harga pasar ke dalam perkiraan persediaan , tetapi mencatat harga yang lebih tinggi at cost ke dalam perkiraan harga pokok penjualan  pada waktu menyusun jurnal adjustment. 

-Sistem allowance (cadangan)



Selasa, 19 Januari 2016

Persediaan barang dagang part1

Assalammualaikum, guys..

Seperti yang sudah diketahui, Persediaan merupakan salah satu bentuk dari Aktiva lancar, berupa kekayaan perusahaan yang disediakan berupa barang-barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk di produksi kembali atau dijual secara langsung.

Jenis-jenis persediaan dibagi menjadi 5 yaitu:

1.  Merchindese Inventory (Persediaan barang dagang)
Merchindese inventory adalah suatu barang yang diambil dari pihak penjual atau pemasok yang disediakan untuk diperjualbelikan kembali tanpa adanya perubahan dari barang tersebut.

2.  Direct Materials Inventory (persediaan bahan baku)
Direct materials inventory atau biasa disebut bahan mentah/bahan baku ialah bahan utama yang digunakan untuk diproduksi menjadi barang jadi. contoh : dalam pabrik baju, perusahaan membutuhkan bahan mentah berupa kain.

3. Indirect Materials Inventory (Persediaan Bahan Pembantu)
Indirect materials inventory ialah suatu bahan penolong atau pembantu yang digunakan untuk menyempurnakan bahan mentah dan diproduksi untuk menjadi barang jadi. contoh: dalam pembuatan sepatu, bahan penolong yang digunakan ialah paku, benang, dll

4. Work in Process Inventory (Persediaan Barang dalam Proses)
Work in process inventory adalah suatu barang yang masih sedang diproduksi dan belum menjadi barang jadi seutuhnya.

5. Finished Goods Inventory (Persediaan Barang Jadi) 
Finished goods inventory ialah barang-barang yang sudah diproduksi dan menghasilkan barang jadi. 

Selain itu, untuk melakukan proses pengendalian, dibutuhkan pembukuan untuk membukukan atau mencatat persediaan barang dagang tersebut. proses pembukuan barang dagang terdapat 2 metode yang digunakan ialah:
1. Metode perpetual
Dengan metode ini, perusahaan melihat persediaan barang dagang melalui suatu pembukuan dalam perkiraan Persediaan dari barang yang bersangkutan.

2. Metode periodik (Fisik)
Berbeda dengan metode perpetual, metode fisik dilakukan dengan cara pihak yang ingin mengetahui persediaan terjun langsung ke dalam gudang dan menghitung jumlah barang di dalam gudang tersebut.
Oleh sebab itu, jika perusahaan ingin mengetahui sisa persediaan barang yang masih ada, harus melakukan penghitungan secara fisik barang-barang yang terdapat di gudang .

Pos-pos yang disediakan dalam persediaan adalah sebagai berikut:
1. Barang  dalam perjalanan
ialah suatu barang yang masih di dalam perjalanan dan belum diketahui atau belum dipastikan kepemilikannya. tergantung pada syarat penjualannya. Apabila syarat penjualannya adalah franko gudang pejual , maka barang dalam perjalanan sudah menjadi miliki pembeli. Sebaliknya, apabila syarat penjualannya adalah franko gudang pembeli  maka barang dalam perjalanan adalah masih milik Penjual. 

2. Barang konsinyasi
Barang konsinyasi dapat dikatakan sebagai barang titipan yang biasa dilakukan olh pedagang kaki lima atau eceran yang menyediakan barang untuk dijua namun sepenuhnya barang tersebut bukanlah milik pihak penjual. perusahaan menitipkan barang tersebut ke toko dalam masa kontrak dengan penjual untuk diperjualbelikan.

3. Barang yang dipisahkan
Barang yang dipisahkan adalah suatu barang yang sudah dipesan atau dibeli oleh pihak konsumen, untuk itu barang tersebut dipisahkan dari penyimpanan barang dagang pada perusahaan.

4.  Barang yang telah dijual dengan angsuran
Barang tersebut dapat dikatakan sebagai barang kreditan atau pihak konsumen membeli suatu barang, namun pembayarannya dicicil setiap waktu yang suah disepakati dengan pihak penjual.

5. Barang yang dijual dengan tingkat retur yang tinggi
Retur ialah suatu barang yang dikembalikan kepada pihak penjual dari pihak pembeli karena barang tersebut tidak sesuai dengan keinginan pembeli. setiap barang yang sudah dibeli dapat di kembalikan lagi ke si penjual dengan tingkat retur yang tinggi.

Penilaian persediaan
Seperti yang sudah diketahui, metode pencatatan yang digunakan untuk persediaan barang dagang, terdapat 2 metode. yaitu metode perpetual dan metode fisik. keduanya memiliki perbedaan cara dalam penyampaiannya.  berikut perbedaan dari kedua metode itu:
1. Penilaian persediaan menurut metode perpetual:
a. FIFO
FIFO singkatan dari First In First Out atau dalam bahasa indonesia masuk pertama keluar pertama. Jadi, FIFO ialah barang yang dibeli lebih awal dianggap dijual lebih awal pula. Biasanya barang tersebut ialah barang yang sedang trend di pasaran. Berarti, pada satiap transaksi penjualan, maka Harga pokok pembelian dari barang yang dijual didasarkan pada nilai barang yang lebih awal dibeli oleh perusahaan

b. LIFO
LIFO singkaran dari Last in First Out atau dalam bahasa indonesia ialah masuk terakhir keluar pertama. Jadi, LIFO ialah barang yang masuk atau dibeli terakhir dianggap akan dikeluarkan atau di jual lebih awal. maka, Cost of good sold (harga pokok pembelian) dari barang yang dijual didasarkan pada nilai barang yang paling akhir dibeli perusahaan.

c. Moving Avarage
Moving avarage atau rata-rata bergerak , menurut metode ini , setiap terjadi perubahan jumlah persediaan barang, baik karena ada pembelian maupun karena ada penjualan, sisa persediaan yang ada segera dirata-rata nilainya. atau nilai rata-rata tersebut ialah harga satuan dari barang yang akan dikeluarkan

2. Penilaian persediaan menurut metode fisik atau periodik

a. Special Identification
Menurut metode ini, setiap barang sudaah memilkiki suatu tanda pengenal, sehingga dalam perhitungan harga dari suatu barang tersebut, sudah ditentukan harga persatuannya oleh perusahaan.

b. Simple Avarage (rata-rata sederhana)
Menurut cara Simple Average ialah sisa persediaan barang dinilai berdasarkan jumlah seluruh harga pembelian dibagi dengan jumlah barang yang dibeli.

c. Weighted Avarage (rata-rata tertimbang)
Menurut cara Weighted Average ialah sisa persediaan barang dinilai berdasarkan harga rata-rata dari seluruh pembelian yang dilakukan, yaitu nilai rupiah seluruh pembelian dibagi dengan seluruh kilogram barang yang dibeli.

d. FIFO 
FIFO singkatan dari First In First Out atau dalam bahasa indonesia masuk pertama keluar pertama. Jadi, FIFO ialah barang yang dibeli lebih awal dianggap dijual lebih awal pula. Biasanya barang tersebut ialah barang yang sedang trend di pasaran. Berarti, pada satiap transaksi penjualan, maka Harga pokok pembelian dari barang yang dijual didasarkan pada nilai barang yang lebih awal dibeli oleh perusahaan

e. LIFO
LIFO singkaran dari Last in First Out atau dalam bahasa indonesia ialah masuk terakhir keluar pertama. Jadi, LIFO ialah barang yang masuk atau dibeli terakhir dianggap akan dikeluarkan atau di jual lebih awal. maka, Cost of good sold (harga pokok pembelian) dari barang yang dijual didasarkan pada nilai barang yang paling akhir dibeli perusahaan.