Dulu Indonesia dikenal sebagai negeri
yang subur . Tanaman apa saja bisa tumbuh di sana. Bahkan tongkat dan kayu pun
menurut Koes plus dapat tumbuh jadi tanaman yang subur.
Namun sering dengan peradaban manusia ,
Indonesia tidak lagi menjadi nyaman untuk di huni. Tanahnya jadi gersang dan
tandus, jangan kan tongkat dan kayu, ibibit unggul pun gagal untuk tumbuh di
Indonesia. Yang lebih menyedihkan , dari tahun ke tahun Indonesia selalu menuai
bencana.
Mengapa bencana demi bencana terus
terjadi ? Bukankah negeri ini sudah memiliki prangkat hokum yang jelasmengenai
pengelolaan lingkungan hidup ? Namun mengapa korban-korban terus berjatuhan
akibat rusaknya lingkungan yang sudah berada pada titik nadir ? siapa yang
mesti bertanggung jawab ketika bumi ini tidak lagi ramah kepada penghuninya ?
siapa yang harus di salahkan ketika bencana dan musibah datng beruntun menelan
korban orang-orang yang tak berdosa ?.
Jawabannya yakni adanya kesalahan dari
pola gaya hidup manusia terhadap lingkungannya (Biogeografi dan
Sosiontropologi).
Lingkungan hidup merupakan persoalan
kolektif yang membutuhkan partisipasi dari semua komponen yang bangsa untuk
mengurus dan mengelolanya . Pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat, Lembaga Swadaya
Masyarakat(LSM) , semua warga masyarakat, dan komponen bangsa lain harus
memiliki “kemauan politik” untuk bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan
hidup .
Seperti
sebagai berikut :
ü Membuang
sampah pada tempatnya
ü Menangkap
ikan yang besar saja
ü Merawat
tanaman
ü Merawat
Lingkungan hidup dari paulah tangan jahil
ü Tidak
membuang limbah sembarangan
ü Memelihara
kebersihan lingkungan
ü Tidak
Menebang pohon sembarangan
ü Dsb
Hal itu harus di barengi dengan tindakan Hukum yang tegas terhadap
pelaku kejahatan lingkungan hidup yang nyata-nyata telah terbukti
menyengsarakan umat manusia.
Usaha untuk mengatasi berbagai
masalah lingkungan hidup diantara nya sebagai berikut :
1. Menerapkan
penggunaan teknologi yang ramahlingkungan pada pengelolaan sumber daya alam
baik yang dapat maupun yang tidak dapatdiperbaharui dengan memperhatikandaya
dukung dan daya tampungnya.
2. Untuk menghindariterjadinya pencemaran lingkungan dan kerusakan
sumber daya alam maka diperlukan penegakan hukum secara adil dan konsisten.
3. Memberikan
kewenangan dan tanggung jawab secara bertahap terhadap pengelolaansumber daya
alam dan lingkungan hidup.
4. Pengelolaan sumber daya alam danlingkungan
hidup secara bertahap dapat dilakukan dengan
cara membudayakan masyarakat dan kekuatan
ekonomi.
5. Untuk mengetahui
keberhasilan dari pengelolaan sumber daya alam danlingkunganhidup dengan
penggunaan indicator harus diterapkan secara efektif.
6. Adanya pengendalian terhadap penggunaan sumber
daya alam secara berlebihan
7. Mengikutsertakan
masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan lingkungang global.
Yang tidak kalah penting harus ada
upaya serius untuk membudayakan cinta lingkungan hidup melalui pendidikan .
Instuisi pendidikan harus menjadi benteng yang tangguh untuk menginternalisasi
dan menanamkan nilai-nilai budaya cinta lingkungan hidup kepada anak-anak
bangsa yang kini tengah gencar dalam menuntut ilmu . Nilai-nilai kearifan local
masyarakat setempat perlu terus di gali dan dikembangkan secara konteksual
untuk selanjutnya disemaikan ke dalam dunia pendidikan melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan.
1. Aktif
pengembang pembelajaran
ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses aktif merangkai pengalaman untuk
memperoleh pemahaman baru. Siswa aktif terlibat di dalam proses belajar
mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Teori belajar konstruktivisme merupakan
titik berangkat pembelajaran ini. Atas dasar itu pembelajaran ini secara
sengaja dirancang agar mengaktifkan anak.
Di dalam implementasinya,
seorang guru harus merancang dan melaksanakan kegiatan-kegiatan atau
strategi-strategi yang memotivasi siswa berperan secara aktif di dalam proses
pembelajaran. Mengapa pembelajaran harus mengaktifkan siswa? Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kita belajar 10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita
dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat dan dengar, 70% dari
yang kita ucapkan, dan 90% dari yang kita ucapkan dan kerjakan serta 95% dari
apa yang kita ajarkan kepada orang lain (Dryden & Voss, 2000). Artinya
belajar paling efektif jika dilakukan secara aktif oleh individu tersebut.
2. Inovativ
Pembelajaran PAIKEM
bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun
merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah
menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas.
Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara
diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya
kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada
yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau
mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan
kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan
fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental,
diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
3. Kreatif
pembelajaran PAKEM juga
dirancang untuk mampu mengembangkan kreativitas. Pembela haruslah memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, inisiatif, dan kreativitas serta kemandirian
siswa sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya.
Kemandirian dan kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan yang ingin dicapai
oleh semua bentuk pembelajaran. Dengan dua bekal itu setiap orang akan mampu
belajar sepanjang hidupnya. Ciri seorang pebelajar yang mandiri adalah: (a)
mampu secara cermat mendiagnosis situasi pembelajaran tertentu yang sedang
dihadapinya; (b) mampu memilih strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan
masalah belajarnya; (c) memonitor keefektivan strategi tersebut; dan (d)
termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalahnya
terselesaikan.
4. Efektif
Menyiratkan bahwa
pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencapai semua hasil belajar
yang telah dirumuskan. Karena hasil belajar itu beragam, karkteristik efektif
dari pembelajaran ini mengacu kepada penggunaan berbagai strategi yang relevan
dengan hasil belajarnya. Banyak orang beranggapan bahwa berbagai strategi
pembelajaran inovatif termasuk PAKEM seringkali tidak efisien (memakan waktu)
lebih lama dibandingka dengan pembelajaran tradisional/konvensional. Hal
tersebut tentu amat mudah dipahami, dalam pembelajaran PAKEM banyak hasil
belajar yang dicapai sehingga memerlukan waktu yang lama, sementara pada
pembelajaran tradisional hasil belajar yang dicapai hanya pada tataran kognitif
saja.
5. Menyenangkan
Pembelajaran yang
dilaksanakan haruslah dilakukan dengan tetap memperhatikan suasana belajar yang
menyenangkan. Mengapa pembelajaran harus menyenangkan? Dryden dan Voss (2000)
mengatakan bahwa belajar akan efektif jika suasana pembelajarannya
menyenangkan. Seseorang yang secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya
memerlukan dukungan suasana dan fasilitas belajar yang maksimal. Suasana yang
menyenangkan dan tidak diikuti suasana tegang sangat baik untuk membangkitkan
motivasi untuk belajar. Anak-anak pada dasarnya belajar paling efektif pada
saat mereka sedang bermain atau melakukan sesuatu yang mengasyikkan. Menurut
penelitian, anak-anak menjadi berminat untuk belajar jika topik yang dibahas
sedapat mungkin dihubungkan dengan pengalaman mereka dan disesuaikan dengan
alam berpikir mereka. Yang dimaksudkan adalah bahwa pokok bahasannya dikaitkan
dengan pengalaman siswa sehari-hari dan disesuaikan dengan dunia mereka dan bukan
dunia guru sebagai orang dewasa. Apa lagi jika disesuaikan dengan kebiasaan
mereka dalam belajar. Ciri yang terakhir ini merupakan ciri pembelajaran
kontekstual. Dengan demikian pembelajaran PAIKEM sebenarnya juga
pembelajaran kontekstual.
Siswa tidak memungkiri metode “PAIKEM = pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan” merupakan metode yang sangat
mengerti dan memahami kondisi siswa. bagaimana guru menyampaikan materi
merupakan penilaian utama siswa, seorang guru mempunyai wawasan yang luas akan
tergambar dengan cara bagaimana seorang guru menyampaikan pembelajaran di
kelas, fokus terhadap materi dan penyampaian yang mudah dimengerti oleh siswa.
peduli terhadap siswa dan tidak pilih-memilih (diskriminatif),
performance yang menarik serta bisa dijadikan partner dalam
berdiskusi dan berkeluh kesah merupakan sekian banyak kriteria yang siswa
sampaikan jika seorang guru ingin menjadi favorit di mata siswa (Herman, 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar